Minggu, 30 November 2014

Contoh Proposal Penelitian Tentang Solidaritas Sosial



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia secara umum disebut makhluk sosial, artinya setiap individu tidak ada yang dapat hidup tanpa individu lain, karena setiap individu perlu berinteraksi dengan individu lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Interaksi yang dibangun oleh individu-individu itulah yang menjadi faktor terbentuknya masyarakat.
Dalam sebuah masyarakat terdapat kebudayaan yang berkembang secara alami. Karena masyarakat adalah orang yang hidup bersama dan saling berinterksi sehingga menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian hampir dapat dipastikan tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan.  Budaya yang dimaksud adalah hasil karya manusia yang menjadi kebiasaan dan memunculkan suatu tradisi. Dimana kebiasaan itu secara tidak langsung menimbulkan interaksi karena adanya dorongan dari diri sendiri yang memunculkan rasa solidaritas antar masyarakat.
Kebudayaan adalah suatu keseluruhan kelompok yang melibatkan bahasa, kepercayaan, seni, dan moral, hukum adat dan satu atau beberapa kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat (Edward B. Taylor).
Terdapat berbagai macam kebudayaan yang dapat memunculkan solidaritas diantara masyarakat. Seperti kebudayaan gotong royong, dimana masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong akan saling membantusatu sama lain yang membutuhkan intraksi antar anggotanya. Interaksi dalam kegiatan gotong-royong ini timbul karena dorongan dari diri masing-masing anggota masyarakat, maksudnya yaitu dorongan seperti seorang anggota yang melihat anggota lainnya sedang menolong, maka anggota lainya akan mempunyai dorongan dalam dirinya untuk ikut membantu anggota yang lainnya, begitu pula yang terjadi pada diri setiap anggota tersebut. Dengan demikian setiap anggota itu memiliki rasa solidaritas dengan anggota-anggota lainnya.
Solidaritas menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin menentukan tipologi masyarakat di Dusun Sumber Pang Kidul, Desa Sumbersuko, Kecamatan Wagir, Kabupaten malang menurut teori Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Menurut Emile durkheimmasyarakat dibagi menjadi dua yaitu masyarakat organis dan masyarakat mekanis dan Menurut teori Ferdinand Tonnies, masyarakat dibagi menjadi dua, yaitu gemeinschaft dan gesselschaft. Dalam masyarakat organis sifatnya cenderung individualis dan heterogen. Jika disangkutpautkan dengan kebudayaan, masyarakat organis cenderung bersolidaritas rendah karena mereka tidak terlalu peduli apa yang menjadi urusan bersama. Sedangkan dalam masyarakat mekanis, masyarakat cenderung homogen dan memiliki solidaritas yang tinggi karena mereka mempunyai dorongan yang kuat dari diri sendiri untuk ikut serta dalam kebudayaan yang menjadi identitas dalam wilayah tersebut.
Dalam masyarakat gemeinschaft menurut Tonnies, masyarakat tersebut didasarkan pada ikatan darah, tempat tinggal dan pikiran yang sama. Dalam kebudayaan yang ada dalam suatu wilayah terjadi suatu keterikatan yang kuat antara ikatan darah, tempat tinggal dan pikiran yang sama, jadi mau tidak mau dorongan untuk saling bersolidaritas terjadi secara alami.Pada masyarakat Gesselschaft, keikutsertaan mereka pada kebudayaan dalam suatu wilayah terjadi karena adanya suatu perjanjian.





1.2 Rumusan Masalah
Dalam proposal ini, diajukan satu masalah sebagai bahan untuk mengidentifikasi dan menganalisis dengan tujuan penentuan tipe masyarakat.

1.3  Tujuan Penelitian
Untuk mendeskripsikan tipe-tipe dimasyarakat, terutama di Desa Sumber Pang Kidul.

1.4 Manfaat Penelitian
1.      Bagi penulis, untuk mengembangkan kemampuan mengamati dan sebagai penerapan berbagai teori yang sudah dipelajari selama dalam masa perkuliahan.
2.      Agar masyarakat umum dapat mengetahui tentang tipe-tipe masyarakat pedesaan.
3.      menambah wawasan pembaca terhadap perilaku masyarakat setelah di tipologikan, penelitian ini juga bermanfaat sebagai kajian sosial.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu
            Dalam sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Airlangga yang berjudul “ Tipologi Sosial Desa Wonosalam “ tahun 2012. Hasil penelitian tersebut memfokuskan pada teori Durkheim yaitu membagi dua kelompok masyarakat ke dalam solidaritas mekanis dan organis. Penelitian ini menyimpulkan tipe masyarakat Desa Wonosalam adalah solidaritas mekanis. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat Desa Panglungan yang saling mengenal satu sama lain dengan tujuan bersilaturahmi antar tetangga. Solidaritas mekanis yang terlihat dari masyarakat ini dapat dilihat dari tingginya tingkat kepedulian masyarakat yang saling membantu apabila ada tetangga yang sakit, meninggal, dan terkena musibah dan bantuan tersebut kebanyakan berupa uang dan tenaga. Solidaritas lain yang mereka tunjukan yaitu dengan membantu jika ada anggota masyarakat lain bila sedang ada hajatan seperti hajatan manten, hajatan sunatan dan lain-lain. Untuk hajatan seperti itu mereka biasanya memberikan sumbangan berupa uang, beras, gula, mie dan barang (kado).
Selain menggunakan teori dari Durkheim, penelitian ini juga menggunakan teori dari Tonnis. Dimana teori Tonnis ini tipe masyarakat dibagi menjadi dua yaitu Gemeinschaft dan Gesellschaft. Berdasarkan tingkat solidaritas sosial dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Wonosalam masuk ke dalam tipe Gemeinschaft. Terlihat dari kepentingan bersama lebih diutamakan ketika tetangga mengalami musibah. Selain itu juga terlihat dari kepercayaan
tertentu secara turun menurun yang dikuasai masyarakat setempat.
            Dengan melihat hasil dari penelitian yang telah dilakukan ini maka dapat disimpulkan bahwa tradisi dan kebudayaan yang dilakukan masyarakat Desa Panglungan masih tergolong masyarakat tradisional. Hal ini dapat dilihat dari masih terpeliharanya sebagian besar tradisi masyarakat setempat antara lain upacara kehamilan, upacara kelahiran, upacara pengantin, upacara kematian masih sangat terpelihara dan tetapdilaksanakan guna menjaga tradisi yang merupakan warisan dari leluhur mereka. Selain itu alasan masyarakat desa Panglungan masih menjaga tradisi yang ada adalah untuk mendapat barokah dan keselamatan atau dengan kata lain untuk menolak dan menghindar dari mala petaka oleh suatu kekuatan yang mengendalikan alam ini. Selain itu dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa Panglungan tergolong dalam tipe masyarakat Gemeinschaft.

2.2 Landasan Teori
      2.2.1Teori menurut emile durkheim
a.       Solidaritas mekanis
solidaritas yang muncul pada masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif serta belum mengenal adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok. Biasanya disebut dengan masyarakat pedesaan, karena masyarakat pedesaan identik dengan kesamaan. Ciri-ciri solidaritas mekanik adalah solidaritas yang merujuk kepada ikatan sosial yang dibangun atas kesamaan, kepercayaan dan adat bersama. Disebut dengan mekanik itu karena orang yang hidup dalam unit keluarga suku atau kota relatif dapat berdiri sendiri dan juga memenuhi semua kebutuhan hidup tanpa tergantung pada kelompok-kelompok lain.

b.      Solidaritas organik
solidaritas yang mengikat masyarakat yang sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja yang teratur sehingga disatukan oleh saling ketergantungan antar anggota. Biasanya terdapat pada masyarakat perkotaan. Yang artinya suatu keberadaan. Solidaritas organik terjadi karena masing-masing memunculkan adanya suatu perbedaan. Tetapi perbedaan tersebut saling berinteraksi dan membentuk suatu ikatan yang sifatnya tergantung. Solidaritas organik prinsipnya yaitu bahwa setiap individu dan individu lain itu sangat tergantung dalam artian tidak bisa lepas. Ciri-ciri solidaritas organik adalah menguraikan tatanan sosial berdasarkan perbedaan individual diantara rakyat, yang merupakan ciri dari masyarakat modern, khususnya yaitu daerah perkotaan. Bersandar pada pembagian kerja yang rumit dan didalamnya orang terspesialisasi dalam pekerjaan yang berbeda-beda.
2.2.2 teori menurut Ferdinand tonnies
     a. masyarakat paguyuban (gemeinschaft)
Sebagai sesuatu yang kontras, menandakan terhadap perubahan yang berkembang, berperilaku rasional dalam suatu individu dalam kesehariannya, hubungan individu yang bersifat superficial (lemah, rendah, dangkal), tidak menyangkut orang tertentu, dan sering kali antar individu tak mengenal, seperti tergambar dalam dalam berkurangnya peran dan bagian dalam tataran nilai, latar belakang, norma dan sikap, bahkan peran pekerja tidak terakomodasi dengan baik seiring dengan bertambahnya arus urbanisasi dan migrasi juga mobilisasi.
Cirri-ciri masyarakat gemeinschaft
1.      Kehendak bersama lebih dominan
2.      Mengedepankan anggota lebih keseluruhan
3.      Kepentingan bersama lebih mengedepankan

b.      masyarakat patembayan (Gesellschaft)
Patembayan (Gesellschaft) merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk patembayan terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik misalnya ikatan antarpedagang, organisasi pegawai dalam suatu pabrik atau industri. Bentuk organisasi sosial ini adalah yang paling cocok untuk menjelaskan penerapan teori penetrasi sosial, dimana hubungan timbal balik, percampuran berbagai kepentingan pribadi atau kelompok sangat mendasari terbentuknya hubungan.
Cirri-ciri masyarakat gesselschaft
1.      kehendak indivdu lebih dominan.
2.      Kepentingan pribadi lebih mengedepankan
3.      Mengedepankan individu sebagai keseluruhan

2.3 Definisi Konseptual
2.3.1 Kebudayaan
Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan ahli antropologi yang memberikan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor dalam buku yang berjudul “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Pada sisi yang agak berbeda,Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupanan masyarakat.Secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
1.Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, yang meliputi:
a. Kebudayaan materiil (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan manusia, misalnya kendaraan, alat rumah tangga, dan lain-lain.
b.Kebudayaan non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.
2.Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
3.Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia (secara individual maupun kelompok) dapat mempertahankan kehidupannya. Jadi, kebudayaan adalah hampir semua tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
2.3.2 Masyarakat
Menurut Emile Durkheim masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Dalam masyarakat suatu kelompok yang memiliki unsur dan berhubungan antara satu dengan lainnya tidak luput dari interaksi. Unsur yang meliputi termasuk interaksi individu dengan individu lainnya sehingga terjadi keterikatan di dalam kelompok tersebut. Keterikatan itu dapat menentukan tingkat kesolidaritasan diantara masyarakat tersebut. Maksudnya adalah jika tingkat keterikatan rendah maka tingkat kesolidaritas pun juga rendah, begitu sebaliknya jika tingkat keterikatan tinggi maka tingkat kesolidaritasan pun juga tinggi. Jika keterikatan semakin kuat maka tingkat solidaritas semakin tinggi. Itu bisa kita jumpai di daerah pedesaan yang masih terbilang masyarakat mekanis. Dimana masyarakat mekanis itu masih kental terhadap kebudayaan bergotong royong yang dapat membuat masyarakat yang saling terikat satu sama lain sehingga terwujudlah solidaritas yang tinggi.

2.3.3 Solidaritas Masyarakat

Menurut Durkheim, perubahan yang terjadi adalah karena adanya solidaritas yang didasarkan pada pembagian kerja.Pembagian kerja sebagai salah satu unsur terpenting dalam solidaritas, karena dalam pembagian kerja tersebut masyarakat hidup saling bergantung dan berhubungan. Durkheim membagi solidaritas tersebut menjadi dua macam, yaitu solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Solidaritas mekanis didasarkan atas persamaan. Ciri masyarakat dengan solidaritas mekanis ini ditandai dengan adanya kesadaran kolektif dimana mereka mempunyai kesadaran untuk hormat pada ketaatan karena nilai-nilai keagamaan masih sangat tinggi. Hukuman yang terjadi bersifat represif yang dibalas dengan penghinaan terhadap kesadaran kolektif sehingga memperkuat kekuatan diantara mereka. Pada solidaritas organis cirinya ditandai dengan kecenderungan masyarakat yang individualis. Dan juga masyarakat yang heterogen. Pembagian kerja pada masyarakat organis berdasarkan adanya perjanjian dan tujuan yang sama.
Variabel
Indikator
Item

Tipe masyarakat

-          Kegiatan yang berlangsung di Desa



-          Kepedulian terhadap tetangga



-          Individualisme







-          Keterikatan terhadap tetangga

-          Jenis-jenis kegiatan
-          Intensitas kegiatan
-          Waktu kegiatan

-          Bentuk kepedulian masyarakat


-          Komunikasi antar tetangga
-          Ruang lingkup mengenal antar tetangga
-          Kepercayaan antar tetangga

-          Ikatan darah






























 


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian 
            Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel dengan menghubungkan variabel yang lain, tanpa membuat perbandingan. Sedangkan metode kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data yang berbentuk kata, skema, dan gambar yang diangkakan.
            Dengan pengertian diatas maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengolah data. Data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik kemudian di interpretasi. Kami menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif karena dapat menentukan tipe-tipe masyarakat secara detail dengan menggunakan perbandingan angka. Karena dengan menggunakan angka akan terlihat tipe seperti apakah yang ada di masyarakat. Sehingga mempermudah dalam mengidentifikasi dan menganalisis rumusan masalah.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan pengukuran objek atau individu yang sedang dikaji. Jadi populasi tidak terbatas pada sekelompok/kumpulan orang-orang, namun mengacu pada seluruh ukuran, hitungan, atau kualitas yang menjadi fokus perhatian suatu kajian. Suatu pengamatan/survey terhadap seluruh anggota populasi disebut sensus. Populasi sering juga disebut universe atau sekelompok individu atau objek yang memiliki karakteristik yang sama, misalnya status sosial yang sama, atau objek lain yang mempunyai karakteristik sama seperti golongan darah. Populasi dalam penelitian ini adalah warga yang berdomisisli di  Desa Sumber Pang Kidul RT 20, dengan jumlah penduduk 197 jiwa.
3.2.2   sampel
Sampel adalah sebagian, atau subset ( himpunan bagian) dari suatu populasi. Populasi dapat berisi data yang besar sekali jumlahnya, yang mengakibatkan tidak mungkin atau sulit untuk dilakukan pengkajian terhadap seluruh data tersebut, sehingga pengkajian dilakukan terhadap sampelnya saja. Namun jika pengambilan sampel dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah, maka biasanya sangat mudah diperoleh hasil-hasil sampel yang cukup akurat untuk menggambarkan populasi yang dilakukan dalam kajian yang dilakukan. Sampel dalam penelitian ini adalah warga Dusun Sumber Pang Kidul yang berusia diatas 18 tahun sampai 45 tahun dengan jumlah 58 penduduk.
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
 Teknik Random Sampling
Teknik random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Random sampling yang juga diberi istilah pengambilan sampel secara rambang atau acak yaitu pengambilan sampel yang tanpa pilih-pilih atau tanpapandang bulu, didasarkan atas prinsip-prinsip-prinsip matematika yang telah diuji dalam praktek. Karenanya dipandang paling baik dalam penelitian.
3.4 Metode pengumpulan data
Kami menggunakan sumber data langsung (Primer) langsung dari narasumber, maka dari itu kami menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian untuk pengumpulan data.

3.4.1 Kuisioner
Kuisioner adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawabnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut uma sekaran (dalam sugiyono 2007:163) terkait dengan orinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Prinsip penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
-          Harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban jika isi pertanyaan ditujukan untuk pengukuran
-          Bahasa harus disesuaikan dengan kemampuan responden (tidak menggunakan bahasa/istilah yang sulit yang tidak dipahami oleh responden)
-          Tipe dan pertanyaan bila menggunakan angket tertutup maka jawabannya bebas bila menggunakan angket terbuka maka menggunakan pertanyaaan pilihan.
3.4.2 Wawancara
Wawancara adalah tekhnik pengumpulan data dengan tanya jawab langsung. Wawancara dibagi menjadi wawancara terstruktur dan tidak terstruktur
-          Wawancara terstruktur adalah wawancara yang tersusun secara sistematis dan disediakan daftar pertanyaan. Sehingga wawancara jadi terarah
-          Wawancara tidak terstruktur  adalah wawancara yang bebas, pewawancara tidak menggunakan pedoman  wawancara yang sistematis.