BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masyarakat
merupakan aspek terpenting yang harus ada pada sebuah wilayah, masyarakat
sendiri merupakan suatu keseluruhan orang yang bertempat tinggal pada suatu
wilayah tertentu. Dalam masyarakat yang beragam dalam sebuah wilayah akan ada
sebuah integrasi sosial. Dimana perwujudan dari adanya integrasi sosial antar
anggota masyarakat adalah ketika ada sebuah partisipasi masyarakat pada sebuah
kegiatan yang ada pada masyarakat itu sendiri. Partisipasi sendiri berdasarkan pada
Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki definisi keikutsertaan warga masyarakat
dalam sebuah kegiatan yang ada didalam masyarakat.
Singosari
merupakan wilayah yang berdimensi multi atau lebih sering disebut sebagai
wilayah peri urban. Disebut sebagai
peri urban karena pada dasarnya dari aspek geografis masuk dalam wilayah kota
sedangkan dalam aspek sosial masuk wilayah desa, hal ini dikemukakan sendiri
oleh salah satu warga yang ketika survey pada tanggal 11 November 2014
menyatakan demikian. Ketika berbicara tentang peri urban hal yang menarik
adalah pernyataan yang disampaikan oleh para ketua RT dan ketua RW 03 Kelurahan
Candi Renggo, bahwa masyarakat memiliki partisipasi yang tinggi dalam mengikuti
kegiatan formal.Masyarakat sangat guyub mengikuti kegiatan formal tersebut,
entah dalam kegiatan PKK, pengajian maupun rapat rutinan, meskipun memang
masyarakat di lingkungan RW 03 memiliki jenis pekerjaan yang heterogen tapi
para Ketua RT dan Ketua RW 03 menyatakan bahwa semakin guyub dan selalu ikut
berpartisipasi didalam kegiatan formal tersebut.
Berdasarkan
pada fenomena yang ada, dalam penelitian ini akan menganalisis model
partisipasi masyarakat RW 03 Kelurahan Candi Renggo yang mana dikatakan sangat
guyub, asumsi dasar ketika ada fenomena seperti itu adalah ketika dikatakan
masyarakat guyub terhadap kegiatan-kegiatan ormal dan ikutserta maka tentu
masyarakat akan berpartisipasi secara langsung dimana secara langsung disini
adalah secara fisik masyarakat ikut andil dalam kegiatan-kegiatan formal
tersebut bukan hanya ikut kegiatan yang didalamnya misalkan hanya mengikuti
arisannya saja tetapi juga rutin ikut kegiatan itu. Jadi model partisipasi
sendiri kita melihat pada dua model yaitu model partisipasi langsung dan model
partisipasi tidak langsung.
Karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain,
entah hal tersebut disadari maupun tidak disadari. Hal ini didasarkan pada
naluri manusia untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup
dengan orang lain disebut gregariousness
sehingga manusia juga disebut social
animal (= hewan sosial). Dua hasrat atau keinginan pokok yang dimiliki
manusia sejak lahirlah yang menyebabkan manusia disebut sebagai makhluk sosial,
yaitu hasrat pertama adalah keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di
sekelilingnya (yaitu masyarakat), hasrat kedua adalah keinginan untuk menjadi
satu dengan suasana alam sekelilingnya (Soekanto, 2012: 101).
Berdasarkan
pada fenomena tersebut kami tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“ANALISIS MODEL PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KEGIATAN FORMAL DI RW 03 KELURAHAN
CANDI RENGGO, SINGOSARI, MALANG”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana
model partisipasi masyarakat pada kegiatan formal di RW 03 Kelurahan Candi
Renggo, Singosari, Malang ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Untuk
mengetahui bagaimana model partisipasi masyarakat pada kegiatan formal di RW 03
Kelurahan Candi Renggo, Singosari, Malang ?
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.
Untuk
Penulis:
Penelitian
ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan serta membagi informasi
mengenai model partisipasi yang terjadi pada masyarakat Peri Urban dalam kajian
sosiologi.
2.
Untuk
Masyarakat:
Penelitian
ini diharapkan dapat menambah pemahaman masyarakat perihal model partisipasi
masyarakat Peri Urban.
3.
Untuk
Akademis
Penelitian
ini diharapkan dapat menambah kumpulan referensi kajian Sosiologi dengan metode
Kualitatif dan penelitian ini diharapkan mampu untuk menambah kajian mengenai
daerah peri urban.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENELITIAN TERDAHULU
Dalam penelitian yang
berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaa Program Desa Siaga di desa
Pulau Harapan Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin” pada tahun 2013 yang
disusun oleh Rosi Zuliastia menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
Program Desa Siaga. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa berjalannya
program Desa Siaga tidak terlepas dari partisipasi atau keterlibatan masyarakat
desa yang dilihat dari partisipasi pelaksanaan dan partisipasi memanfaatkan
hasil serta menjelaskan bentuk partisipasi masyarakat desa yang dapat dilihat
dari adanya partisipasi tenaga dan partisipasi sosial. Namun dalam pelaksanaaan
program ini masih minimnya informasi dari pihak-pihak yang terkait, yaitu
pemerintah dan aparat desa tentang apa itu program Desa Siaga. Sehingga
masyarakat terkesan hanya sebagai objek dari program desa siaga.
Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana
partisipasi masyarakat dalam program Desa Siaga di Desa Pulau Harapan yang
dilihat dari partisipasi pelaksanaan dan partisipasi memanfaatkan hasil serta
menjelaskan bentuk partisipasi masyarakat desa, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana model partisipasi masyarakat dalam kegiatan yang ada
diCandi Renggo RW 03 Singosari Malang. Persamaan dalam penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah terletak pada metode penelitian yang sama yaitu
penelitian kualitatif dan persamaan kedua penelitian ini adalah sama-sama
mengkaji tentang partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat.
2.2 LANDASAN TEORI
2.2.1 TEORI STRUKTURAL FUNGSIONALISME
Talcott
Parson melahirkan teori fungsional yang membahas tentang perubahan, dimana
dalam teorinya Talcott Parson perubahan sosial dalam masyarakat sama halnya
seperti pertumbuhan pada makhluk hidup (Susilo, 2008: 107). Parson berpendapat
bahwa masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda berdasarkan
struktur dan makna fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika
masyarakat berubah, secara tidak langsung masyarakat dapat menanggulangi
permasalahan hidup dan tumbuh dengan kemampuan lebih baik.
Teori
fungsionalisme struktural memiliki latar belakang kelahiran yang mengasumsikan
adanya kesamaan antara struktur sosial dengan kehidupan organisme biologis,
dimana dalam organisme manusia dianggap saling mempengaruhi dan ketergantungan
satu sama lain. Sama halnya dengan organisme manusia, struktur sosial juga
terdapat keteraturan dan keseimbangan didalamnya.
Asumsi
dasar dari teori fungsionalisme struktural adalah bahwa masyarakat terintegrasi
atas kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan yang
mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut
di pandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu
keseimbangan (Grathoff, 1978: 67-68).
Dalam
teori fungsionalisme, Parsons menjelaskan adanya empat fungsi untuk semua
sistem tindakan, dimana bertujuan agar sistem sosial bisa bertahan. Parsons
menyebutnya imperatif fungsional (Ritzer, 2008:121).
1. Adaptasi : Sistem diibaratkan sebagai makhluk hidup, dimana sistem
ini harus menyesuaikan diri dengan
lingkunganya agar terus berlangsung hidup.
2. Goal ( Pencapaian ) : Sistem harus memiliki arah yang jelas agar
dapat mencapai tujuanya. Sehingga sistem harus mengatur dan menentukan serta
memiliki sumberdaya agar dapat mencapai tujuanya.
3. Integrasi : Suatu sistem harus dapat mengatur hubungan antara satu
bagian dengan lainya yang menjadi komponenya.
4. Latensi : Sebuah sistem harus bisa melengkapi, memperbaiki dan
memelihara pola-pola kultural yang menciptakan motivasi.
2.3 DEFINISI KONSEPTUAL
2.3.1 PERI URBAN
Kawasan
peri urbandisebut sebagai kawasan yang memiliki dimensi multi, karena makna
sekitar perkotaan yang memiliki dua makna, dimana memiliki sifat kedesaan juga
sifat kekotaan. Jika dilihat dari segi fisik, indikasinya adalah pemanfaatan
lahan, dimana di wilayah kota lebih didominasi oleh lahan non agraris, dan
pedesaan didominasi pemanfaatan lahan agraris.
Selanjutnya
dari segi sosial ekonomi, indikasinya adalah status pekerjaan masyarakat,
dimana wilayah perkotaan cenderung sebagai pegawai, pedagang, dan pedesaan cenderung
sebagai petan dan buruh tani. Menurut Mc Gee (1994: 13) batas terluar dari
kawasan peri urban ini adalah tempat dimana orang masih mau melaju untuk
bekerja atau melakukan kegiatan ke kota. Pandangan Mc Gee ini dapat diartikan
pada pagi hari orang melakukan perjalanan dari pedesaan menuju perkotaan, dan
pada sore hari orang melakukan pulang dari perkotaan menuju pedesaan. Menurut
Andreas (1942) kawasan peri urban merupakan suatu zona yang didalamnya terdapat
campuran antara struktur lahan pedesaan dan lahan perkotaan.
2.3.2 KONSEP PARTISIPASI
Secara harfiah
partisipasi berarti “turut berperan serta dalam suatu kegiatan”, “keikutsertaan
atau peran serta dalam suatu kegiatan”. Secara luas partisipasi sendiri dapat
didefinisikan sebagai “bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara
aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dirinya (intrinsik) maupun
dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang
bersangkutan”. (Moeliono, 2004 dalam fahrudin, Adi. Ph. D., hal: 36).
Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan
seseorang secara sukarela tanpa dipaksa sebagaimana yang dijelaskan
Sastropoetro (1988), bahwa partisipasi adalah keterlibatan spontan dengan
kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai
tujuan. Menurut Mubyarto (1985), partisipasi adalah kesadaran untuk membantu
berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti
mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Berdasarkan pendapat Sundariningrum dalam Sugiyah (2001:38),
memberikan sebuah klasifikasi partisipasi berdasarkan cara keterlibatannya
menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu:
Partisipasi Langsung yaitu salah satu bentuk partisipasi yang
terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi.
Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan,
membahas pokok permasalahan yang sedang terjadi, serta mengajukan keberatan
terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapan orang lain. Sedangkan
partisipasi tidak langsung dapat terjadi apabila individu mendelegasikan hal
partisipasinya, artinya jika ada kegiatan individu cenderung tidak ikut serta
hadir dan tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 METODE
PENELITIAN
Metode
penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami feomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong 2007:6).
Manusia merupakan makhluk sosial yang bersifat dinamisdan tidak bisa dipungkiri
oleh manusia. Maka dari itu, peneliti memilih metode penelitian yang bersifat
kualitatif untuk menganalisis ,mencari, dan mengolah data hasil dari penelitian tersebut. Penelitian
kualitatif dapat digunakan dengan memahami interaksi yang ada dalam lingkungan
sosial secara mendalam dan luas dengan cara melakukan wawancara, observasi, dan
lainnya sehingga menemukan sebuah titik yang akan membentuk pola atau hasil
yang sebenarnya. Penelitian yang sebenarnya dimaksud adalah penemuan peristiwa
yang berdasarkan realita yang ada untuk penarikan sebuah kesimpulan dari hasil
sang peneliti. Metode kualitatif merupakan metode yang paling konkrit dan
kontruksional dalam penggabungan ide-ide dan realita yang ada secara menyeluruh
yang akhirnya nanti dapat menciptakan gambaran yang luas dan mudah dipahami
oleh orang lain.
3.2 WAKTU
dan LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dijadwalkan berlangsung selama 4 hari 3 malam,
yang dimulai pada tanggal 13 – 16 November 2014. Lokasi penelitian adalah di RW
03 Kelurahan Candi Renggo, Singosari, Malang. Lokasi tersebut dipilih karena
dalam Kelurahan Candi Renggo masuk wilayah peri urban dimana wilayah ini
berdimensi multi, yang mana secara aspek geografis termasuk dalam wilayah kota
namun disisi lain yaitu secara aspek sosial masuk desa. Hal tersebut diperkuat
dengan pernyataan beberapa orang yang menyatakan bahwa wilayah Kelurahan Candi
Renggo tidak termasuk desa tetapi juga tidak termasuk wilayah kota. Oleh karena
itu wilayah Kelurahan Candi Renggo cocok untuk dijadikan lokasi penelitian
dengan tema Dinamika Sosial dalam wilayah Peri Urban.
3.3 BATASAN
PENELITIAN
Batasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini akan
melakukan analisis tentang model partisipasi masyarakat berdasarkan pada cara
keterlibatannya pada kegiatan formal yang ada di RW 03 Kelurahan Candi Renggo,
Singosari, Malang.
3.4 TEKNIK
PENENTUAN INFORMAN
Dalam penelitian ini teknik penentuan informan yang digunakan
adalah teknik purposive sampling, dimana informan yang dipilih harus masuk
dalam kriteria yang kami berikan pada penelitian ini. Kriteria tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Pengurus Desa yang meliputi Ketua RW 03
dan Ketua RT/Istri. (2) Anggota masyarakat di RW 03.
3.5 TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Dalamteknik pengumpulan data dalam metode kualitatif
haruslah doperoleh data secara mendalam, mendalam, jelas, dan sangatlah spesifik. Seperti yang
dijelaskan sugiyono (2009:225) yakni memperoleh data dapat diperolah dari hasil
observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan. Maka dari itu, peneliti
menggunakan bebrapa teknik pengumpulan data yakni observasi, wawancara dan
dokumentasi.
1. Observasi
Observasi
adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
diteliti. Observasi merupakan sebuah rangkaian proses yang kompleks. Dalam
teknik ini yang terpenting adalah peneliti harus cermat dalam mengamati dan
mengingat setiap gejala-gejala yang ditemui (Husaini, 2008:52). Teknik ini
adalah teknik pengamatan yang secara langsung dilakukan oleh peneliti terhadap
hal-hal yang faktual. Dalam penelitian ini peneliti secara langsung datang di
RW 03 Kelurahan Candi Renggo, untuk melihat segala bentuk aktivitas masyarakat.
.
2. Wawancara
Wawancara adalah
salah satu instrumen pengumpul data yang digunakan untuk memperoleh informasi
langsung dari sumbernya (Subana dkk, 2000: 29). Teknik wawancara ini
menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin, dalam pelaksanaanya peneliti
hanya membawa pedoman yang berisi garis besar tentang topik penelitian. Dalam
penelitian ini, yang diwawancarai adalah ketua RW 03 dan Ketua RT serta anggota
masyarakat yang ada di RW 03 Kelurahan Candi Renggo, Singosari, Malang.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu
peristiwa, catatan peristiwa yang sudah lalu (Sugiyono,2009:24). Bentuk data
yang digunakan berupa foto, gambar, video, serta data-data mengenai masyarakat
Singosari-Malang yang didapat dari Bapak Kepala Desa atau pun RT/RW. Dalam
penelitian ini dokumentasi penelitian adalah recorder hasil wawancara, foto
para informan serta video hasil wawancara.
3.6 JENIS
dan SUMBER DATA
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki dua
sumber data yaitu data primer dan data sekunder:
a.
Data Primer
Sumber data primer adalah
sumber data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data
(Sugiyono, 2012:225). Sumber data ini kami dapatkan dengan beberapa cara, yaitu
dengan pengamatan langsung ke lapangan untuk melihat fenomena apa yang dapat
peneliti dapatkan dan menjadi data penting dalam penelitian ini. Kedua yaitu
dengan wawancara yang kami lakukan secara langsung kepada informan yang
kompeten.
b.
Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan
sumber data yang tidak memberikan informasi secara langsung kepada peneliti.
Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan dari data primer yang
disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain (Sugiyono, 2012:225). Artinya
data ini merupakan data pendukung atau penunjang penelitian, bentuk dari data
sekunder yang kami gunakan ada beberapa yaitu dapat berupa data olahan lebih
lanjut dari data primer oleh orang lain, dokumentasi atau catatan peristiwa
yang lalu, dan studi pustaka dari buku, jurnal atau skripsi yang ada
hubungannya dengan penelitian ini.
3.7 TEKNIK
ANALISA DATA
Hasil penelitian ini akan dijelaskan dalam bentuk deskriptif
karena pada dasarnya penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,
dimana pada penelitian ini akan lebih banyak menguraikan hasil wawancara.
Dengan metode deskriptif kualitatif maka teknik analisa data dalam penelitian
ini meliputi 3 tahapan, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi
data dapat dimaknai sebagai sebuah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Fokus pada reduksi data adalah menggaris bawahi hasil
transkip wawancara yang sesuai dengan tema/topik penelitian.
2. Display Data
Display
data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi terusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam display data ini bentuk
penyajiannya bisa berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.
3. Penarikan Kesimpulan
Dalam
tahapan ini yang dilakukan adalah melakukan interpretasi data yaitu menemukan
makna data yang telah disajikan. Pada tahapan ini dijelaskan bagaimana
keterkaitan fenomena-fenomena di lapangan dengan konsep yang ada pada
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
RajaGrafindo Persada ( Rajawali Perss ).
Rachmad K.Dwi Susilo. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Grathoff, Richard. 1978. The Correspondence between Alfred Schutz and
Talcot parsons: The Theory of Social Action. London: Indiana University
Press.
George Ritzer & Douglas J. Goodman.
2008. Teori Sosiologi. Yogyakarta:
Kreasi Wacana.
Sabari Yunus, Hadi. 2008. Dinamika Wilayah Peri-Urban; Determinasi
Masa Depan Kota. Yogyakarta: Pustaka pelajar Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta