Jumat, 15 Januari 2016

L IBU RAN


Ingat kata-kata Kang Maman ; Jika kata-kata kita tulis sambung menyambung tanpa spasi, ia menjadi kalimat tak sempurna, susah dipahami, dan kehilangan arti. Harus ada spasi antar kata juga ada tanda koma agar kita bisa berhenti sejenak, menarik napas sesaat, lalu melanjutkannya. Membaca kembali hingga bertemu tanda titik. Demikian pula dengan kehidupan ini. Bekerja tanpa liburan adalah perjalanan sukses yang panjang, membosankan, dan penuh penderitaan.
Berlibur pun teramat dibutuhkan jika ingin menikmati kehidupan ini. Menarik napas sejenak, merasakan jeda, memberikan kesempatan kepada raga dan jiwa untuk sehat; berlibur sesaat. Rutinitas harian kita membuat mata kita buta dalam melihat keindahan hidup. Liburan sesaat menyadarkan kita tentang indahnya hidup ini.
Libur, kebutuhan semua orang, kaya maupun tak berpunya. Libur bukan sekadar kebutuhan mewah dan mahal, sehingga siapapun bisa melakukannya. Libur tidak harus jauh, tidak harus di tempat istimewa. Cukup bersama dengan orang-orang tercinta, keluarga, kekasih, yang sederhana dengan cinta yang melimpah, dengan senyum dan tawa yang lebar.
Percayalah dengan pernyataan orang-orang tua kita, “Dimana pun kita berada, selalu ada tempat unik dalam radius 10 kilometer untuk dijadikan tempat liburan yang sederhana”. Namun tanpa kita sadari Di dalam kata Libur, hilang l dan r, maka tersisa kata ibu. Di dalam kata libur, ada kata ibu. Berlibur itu seperti pulang ke rumah ibu, ke indung kita saat kita terlahir ke dunia.
Di manapun, kita bisa merasakan kembali hangatnya surga, seperti saat kita berada dalam pelukan hangat, penuh kasih sayang perempuan tercinta di dunia kita; ketika kita masih kecil, tanpa beban, tanpa pikiran tentang hal-hal yang bersifat duniawi, tanpa pikiran tentang Wild World. Hanya ada keriangan dan kebahagiaan. Berlibur adalah tidur di pangkuan ibu, diayun gelombang samudera cinta ibu, dan ketika terbangun kita mendapatkan energi besar untuk menata, menatap, dan meghadapi kehidupan dunia lebih tenang dan terang.
Berlibur adalah menemukan energi dan cahaya ibu. Selamat berlibur, untuk Kawan-kawan semuanya Selamat menikmati samudera cinta ibu.

Rabu, 06 Januari 2016

SURAT UNTUK TUHAN


Kuterima surat yang berisikan pesan tentang keluhMu sebagai Sang Pencipta terhadap diriku yang Engkau ciptakan. Melalui surat balasan ini, inginku curahkan segala keluh kesahku sebagai ciptaanMu dan Engkau sebagai Sang Pencipta. Sempat terlintas didalam benakku bahwa kehadiranMu adalah sesuatu yang benar dan nyata atau sesuatu yang tidak benar namun nyata ataupun sesuatu yang benar namun tak nyata. Sempat pula aku meragukan tentangMu, tentang kehadiranMu, karena yang kutahu Tuhan itu hanya satu; Engkau. Namun sampai saat ini hatipun bergejolak, berkemelut dengan sejuta tanya “Mengapa Engkau dibedakan dengan sebutan nama yang mengatasnamakan agama?”, jika agama mengajarkan kebaikan, lalu mengapa agama mengharuskan perpisahan? Sedangkan pada diri-Mu kulihat kebaikan? . Memang agama kami berbeda nama, namun Tuhan kami tetap sama. Kenapa manusia masih membedakan nama? Bukankah cinta kami kehendakMu juga?

            Tuhan, dengarlah curahanku seperti aku mendengarkan curahanmu, agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara Sang Pencipta dan Yang diciptakan. Semua ini tentang aku, Engkau, dia, dan cinta yang dibedakan atas nama agama. Tentang kami yang sulit menyatu meskipun kami yakin Tuhan kami satu. Tuhan, percayalah, dia juga mencintaiMu, hanya saja dia menyebut namaMu dengan sebutan yang berbeda. Kami sama-sama mendoakan. Aku dengan kedua tanganku yang terbuka menyatu, dan dia dengan kedua tangannya yang mengepal menyatu. Hanya saja yang membedakan kita adalah tasbih yang terselip di tanganku dan rosario ditangannya.
            Aku pun meyakini bila kami berbeda agama tak pernah sedikitpun kami berbatas pada perbedaan. Karena cinta tidak memandang perbedaan, tapi cinta tumbuh didalam perbedaan. Yang namanya cinta itu pasti berawal dari sebuah perbedaan, kemudian menuju kesempurnaan. Namun jika memang pada akhirnya kami harus terusir, maka usirlah kami. Bukan mengusir kami dari Tuhan kami. Ijinkan kami menyayangiMu dengan Iman kami. Karena kami tak pernah menyalahkan cinta, agama, ataupun Tuhan. Yang kami tahu, perbedaan itu ada untuk membuat kita menjadi logis dan lebih dewasa.